Moch Aldy MA Pengarang, Pendiri Gudang Perspektif, Editor-Ilustrator Omong-Omong Media, dan Editor Buku-Translator OM Institute.

Mendengar Silampukau dan Puisi-Puisi Lain

1 min read

Kolonian Puisi

Mendengar Silampukau

malam belum terbenam
waktu itu pukul dua
di rumah bordil
aku bertanya pada
pekerja seks komersil:
selamat malam… maaf
kira-kira berapa harga
LT someone to talk. tiga kali
pelukan plus puk-puk
kepala. dua jam pillowtalk &
satu kecupan panjang di kening?

ia sejenak bergeming
kemudian cengar-cengir
menganggapku konyol
mucikarinya ikut nyengir
& aku nampak amat tolol

malam belum terbenam
sedang birku belum habis
& pikiranku masih dibombardir
kredo kafir filsafat Prancis:
hidup hanyalah celaka dua belas
tiga belas & kesialan-kesialan lain
yang kecutnya senantiasa
lidah kita anyar cicipi

malam belum terbenam
mereka masih tak mengerti
demi setan, aku tidak ingin
deepthroat. aku ingin deeptalk
aku ingin seorang matang
yang bersetia mendengar
pengar sambat-sambatku
kutuk-serapahku pada hari buruk
yang memahami dunia
punya kebuntuan yang sama

sebab basian hampir niscaya
menciptakan kampung halaman
tanpa alasan

kini malam sudah terbenam
tapi hambar aspal telanjur
melagukan syair jahanam:
di antara riuh jalan kota &
dasar kerat-kerat bir, ribuan
tuhan kalah & menggigil
seolah-olah gugur
berkali
satu per satu
dalam tempur tak terpahami.

(2024)

Aku Nyaris Selalu Melihat Stasiun Manggarai sebagai Padang Mahsyar

di antara deru peron & pendar neon, tubuh-tubuh tanpa nama berjejalan. berkalung lanyard & bercincin gusar. mereka mencicil fantasi hari tua. & harganya. & sebagian darinya, mungkin gagal membayarnya. kemudian, pada gilirannya, tibalah malaikat yang melemparkan beberapa tanda tanya:

umurnya, apakah masih terbilang fresh graduate?

jasadnya, berapa body count?

ilmunya, apakah hasil joki?

hartanya, dari korporat mana ia peroleh & ke klub malam mana ia habiskan?

(2024)

Mendengar Dream Theater

sebab yang terbaik
dimulai dari bertanya
bukan menjawab

maka mula-mula
Petrucci memetik soal:
dari mana kita berasal?
mengapa kita di sini?
ke mana kita pergi pascamati?
apa yang ada di luar
& terbentang sebelumnya?
adakah sesuatu yang pasti?
apa kita hanya diberi
satu kesempatan?
tapi mungkinkah ada lagi?
pernahkah kita hidup sebelumnya
atau mungkinkah hanya ini
yang kita punya?

surga tahu aku tak mengerti
spiritual atau apalah itu eksistensial
tapi yang jelas & pasti
aku ingin mengisahkan
satu makhluk yang tak pernah
sekali pun mengutuk & berceracau
merisaukan
misal & bagaimana
mencintai & dicintai
besok & lusa
minum & makan

kemudian suatu hari
dalam sembilan bulan
ia merasa ditekan kenyataan
ia pikir hidup akan berakhir
tapi ia baru saja terlahir

& pada saat yang sama
malaikat bersaksi
mendengar bunyi konfeti
disusul nama tuhan
lalu menyaksikan
persoalan-persoalan lama
dalam cahaya-cahaya baru
ditiupkan
pada tubuh merah itu

(2024)

Moch Aldy MA Pengarang, Pendiri Gudang Perspektif, Editor-Ilustrator Omong-Omong Media, dan Editor Buku-Translator OM Institute.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.