Sebuah Pernyataan Tentang Kolonian Magang Nulis

2 min read

Beberapa waktu lalu Kolonian mencoba membuat suatu agenda yang harapannya dapat jadi kegiatan rutin dan pelaksanaannya itu berkelanjutan serta berjenjang. Agenda itu namanya Kolonian Magang Nulis. Kurang lebihnya, program ini merupakan arena latihan mengelola kreativitas peserta magang dalam menulis. Pengelolaan tersebut meliputi dialog dua arah antara editor Kolonian dan peserta magang dengan berbagai pembahasan dari yang umum hingga spesifik pada teknik menulis.

Bagaimanapun, menulis atau mencatat merupakan aktivitas yang tak bisa disepelekan, entah itu menulis di buku catatan, di memo handphone atau pada medium lainnya. Ditambah lagi dengan perkembangan dunia modern saat ini, di mana peranan media sosial makin masuk jauh ke dalam gaya hidup manusia yang kemudian menjadi medium baru untuk mengolah kreativitas dalam menulis karena hampir di semua medsos terdapat fitur caption, status, atau tweet yang mana itu mendasar pada hal tulis-menulis yang kemudian dikenal secara umum sebagai copywriting.

Kolonian menyadari menulis merupakan keterampilan yang mesti dimiliki oleh setiap orang. Karena nantinya keterampilan tersebut dapat berguna di berbagai bidang pekerjaan maupun untuk bekal diri, terlepas itu dari dunia kesusastraan. Peranan media sosial yang memiliki berbagai fitur pendukung untuk memajangkan karya tulis, memantik masifnya peredaran karya tulis di berbagai platform arus utama seperti Instagram, X, Facebook, dan Tiktok.

Peristiwa-peristiwa itu juga yang membuat Kolonian Magang Nulis diadakan dengan motif yang simpel yakni memberikan ruang bagi orang-orang yang tertarik untuk mendalami proses kepenulisannya dan tukar pikir dari proses peserta magang yang lainnya. Pendalaman tersebut berupa ngobrol-ngobrol santai mengenai materi teknis menulis. Misalnya membahas soal unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik pada sebuah karya tulis. Masih mendasar memang, tetapi hal-hal mendasar tersebut jadi perhatian bagi tim redaksi Kolonian dengan studi kasus dari tulisan-tulisan yang selama ini masuk ke meja redaksi. Oleh karena itu, Kolonian Magang Nulis dimulai dengan memberikan materi fundamental dalam menulis terlebih dahulu sebelum jauh membahas materi kepenulisan yang njelimet macam linguistik, strukturalisme genetik, sosiologi sastra, dan lainnya. Lagi pula program ini akan diadakan secara berjenjang, jadi untuk bahasan-bahasan yang njelimet tadi tetap akan jadi bahan diskusi tapi di jenjang magang yang berbeda.

Program magang ini berlangsung selama dua bulan dengan sekali pertemuan setiap pekannya. Total ada sekitar delapan pertemuan dengan durasi selama dua jam. Selama di pertemuan itu baik peserta magang ataupun editor Kolonian akan saling berbagi materi, berbagi cerita, dan berbagi tips satu sama lain untuk memberikan stimulan-stimulan kreatif pada proses kepenulisan. Kolonian Magang Nulis season 1 sudah dilangsungkan di Bulan Februari sampai Maret 2024, dengan diikuti lima peserta magang yang berasal dari kota Jambi dan Makassar. Teknis program magang ini Kolonian syaratkan dengan mengisi formulir pendaftaran yang berupa pengisian data diri, motif mengikuti Kolonian Magang Nulis, dan jenis tulisan apa yang akan dibuat. Kurang lebih dari 80 pendaftar, tim redaksi hanya meloloskan 5 pendaftar yang di kemudian hari salah satu peserta mengundurkan diri dan akhirnya hanya ada 4 peserta magang yang mengikuti program ini sampai selesai. Kriteria untuk mendaftarkan diri pada agenda ini diperuntukkan bagi mereka yang tulisannya belum pernah diterbitkan di media penulisan mana pun. Penetapan kriteria tersebut untuk menegaskan kembali mengenai spirit keberadaan Kolonian yang mewadahi penulis yang tulisannya kalah bersaing di dunia kepenulisan saat ini.

Selama program ini berjalan terdapat perkembangan kreativitas dari para peserta. Sebagai contoh, ada satu peserta magang yang menulis cerita pendek dengan premis “seorang perempuan individualis yang kalah oleh norma yang berlaku di komplek perumahan ia menetap.” Secara imaji, cerita tersebut cukup aktual dan relevan untuk dinikmati. Namun pada proses pembuatannya penulis cenderung menggebu-gebu dan terburu-buru dalam menyelesaikan cerpennya. Alhasil cerpen yang ia buat di awal tersebut tidak begitu menarik untuk disantap. Kemudian di sesi pertemuan selanjutnya editor Kolonian memberikan komentar mengenai cerpen tersebut dan penulis pun membenarkan komentar itu yang berarti si penulis menyadari keluputannya pada saat mengerjakan tulisannya. Di sesi selanjutnya, ia mulai lebih cermat dalam mengembangkan tulisannya. Kemudian cerpen itu melewati berbagai komentar selama sesi berlangsung dan hasilnya menunjukkan perkembangan drastis dan cerpen tersebut sudah memiliki kenikmatan yang pas untuk dibaca.

Apa tujuan dari Kolonian Magang Nulis? Dalam hal ini, Kolonian menargetkan dua jenjang capaian bagi para peserta. Pertama, para penulis yang mengikuti kegiatan ini mampu secara simultan tetap menulis dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan selama program magang berlangsung. Dan kedua, para peserta magang semakin percaya diri dan diharapkan tulisan-tulisan yang dihasilkan nantinya dapat bersaing dan terbit di berbagai media penulisan serta dapat dibaca oleh orang lain.

Kemudian sebagai sebuah memori yang dapat dinikmati pembaca secara umum dan sebagai rumah pertama bagi karya para peserta magang, tulisan-tulisan para peserta Kolonian Magang Nulis nantinya akan tersedia di website Kolonian dengan rubrik khusus untuk peserta Kolonian Magang Nulis.

Kolonian hidup ketika bisa berguna bagi yang lain.

Salam Redaksi Kolonian.

Penulis: Reza Yudhistira

Editor: a.s. zulfikar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.