Homo Soloensis

1 min read

Dari Ir. Sutami ke Slamet Riyadi

dini hari, vario tua yang mesti diengkol lewat standar dua menyisir Ir. Sutami hingga Slamet Riyadi
bersama april di bulan yang sama aprilnya
solo tetap berkonotasi sendirian–sebab tak ada jaminan–bagi pengepul kardus yang ngorok di sepanjang trotoar balai kota, pasar klewer, ruko-ruko toko

sepanjang Ir. Sutami, ke pasar gede, ke Slamet Riyadi
angkringan-angkringan punya banyak catatan kemalangan dari mulut bapak-bapak yang melumat sate-satean sambil melempar humor yang bapak-is itu
yang di rumah dilumat istrinya sebab naiknya sembako tak diimbangi naik gajinya
“apa persamaan istri sama banteng?”
“sama-sama suka warna merah dan bung karno xixixi”
“bolehkah mencintai orang yang sudah menikah?”
“tentu tidak”
“tapi itu istri saya xixixi”

dari Ir. Sutami ke Slamet Riyadi
angin bekerja dingin
kepada jaket bertudungku, ia mengaku keberatan sif malam
tak tega mencederai mereka yang pulas di pinggiran
di tidurnya yang tak diisi lagi mimpi dan harapan

di latar balai kota,
segelas wedang ronde kok alangkah pahitnya…
kira-kira, sedang apa ya bapak-ibu pejabat kita?

(2023)

Afirmasi Keberangkatan

jangan takut,
kota yang kautinggali nanti bernama solo
artinya tunggal
kau dibikin tunggal gelayutan dari tanggal ke tanggal
artinya kalendermu akan berisi sabtu yang tak sampai kepada minggu
kealfaan jadwal tidur dan makan teratur
dan jam-jam bakal seringan bulu sesudah mengopek lengketnya bunyi omelan
artinya,
kau tunggal dalam kesepian
yang jamak adalah kerinduan.

(2023)

Di Perempatan Antariksa

di perempatan Antariksa
periuk menghangatkan kuah
di atas romansa masa tua
Pak dan Bu Rame meracik soto

di sekeliling
kafe-kafe
dan warung makan indomie–yang konon lebih indonesia–merebus masa muda
di dalam lambung
yang keracunan kafein, nikotin, dan natrium

di perempatan Antariksa
sebuah kedai tampak kerdil dan padam
tapi tungku kompor menyala lagi
mendidihkan air
memanaskan hujan

di perempatan Antariksa
kafe-kafe menyediakan kendaraan menuju sepi
untuk menghikmati hujan hanya sebagai puisi.
kopi dan hujan berayun di atas angin,
dingin.

di tungku Pak Rame
hujan bersulih kuah soto
yang melarutkan kangen
merentangkan angen-angen.

(2022)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.