(1) Membeli topeng dengan gaji ketakutan hasil menulis artikel hoaks minggu lalu
(3) dan kau akan mendengarkan lagu favoritmu yang membosankan itu
(5) lalu pelan-pelan bianglala dan lampu kelap-kelip
(7) bercinta, untuk menciptakan asonansi yang selaras air matamu
(2) untuk membantu menipu wajahmu di pengasingan—entah siapa
(4) sesuai resep dokter (24×7) saat festival di dalam kepala mulai bergema,
(6) membunuhmu dalam kubah ambiguitas yang gelap, ramai
(8) dengan segala resah yang menggebu di parade waktu.
(9) Setelah sejenak kau tenang, pejamkan matamu,
(11) rasakan senandung hiruk pikuk trauma
(13) dan berbaliklah dengan sepenuh hati untuk memeluk,
(15) hingga mengajakmu kembali dengan tangis:
(10) Nak,
(12) cengkeram segala mimpimu pada festival yang gegap gempita
(14) sebab ia pasti akan bahagia bisa menemukanmu
(16) pada malam hari—”waktunya pulang ke tempat mati.”
(17) Sendiri lagi kau;
(19) Mengeruk asa dari liang yang telah tiada (liang yang tak pernah jumpa),
(21) di mana bisa kutemukan cinta?
(23) Di mana bisa kutemukan makna?
(18) kepalang bodoh kau.
(20) lalu untuk mengenyahkan kebingungan itu kau mulai kritis bertanya:
(22) Dan entah, apa jawabnya.
(24) Dan entah, apakah itu memang benar ada.
(25) Lain kali jangan buat pusing diri sendiri.
(26) Setelah kalut di kepalamu pergi,
(27) tolong rapikan baris puisi agar sinergi.
(28) Ah, tapi tampaknya tanpa rapi
(29) baris puisimu masih bisa bernyanyi.
(30) Oh ya, satu lagi:
(31) tampaknya kau belum mati.
(32) Ayo cepat bunuh diri, ikuti kami!
(32) Menarilah, kau, menari!