Menulis merupakan sebuah proses kreatif yang memerlukan disiplin serta kontinuitas. Kreativitas tak hanya lahir dari ilham atau momen puitik semata, sebab penulis tak melulu dapat mengandalkan ilham atau momen-momen inspiratif untuk mulai menulis. Oleh karena itu, menulis merupakan soal mencermati berbagai hal dan mengemas hal tersebut ke dalam tulisan. Dan itu mesti dilakukan dengan berulang-ulang yang kemudian dapat bermain-main dengan teknik atau bahasa. Upaya tersebut bertujuan untuk merawat kreativitas yang ada di kepala kita sebelum menuangkannya dalam karya tulis.
Begitu juga dengan membaca, bacaan-bacaan yang kita selesaikan selain dapat memicu kreativitas ia juga dapat memberikan ‘pengaruh’ dalam karya yang kita buat. Terdapat banyak jalan yang dapat ditempuh untuk menulis sesuatu.
Usaha melahirkan kreativitas semacam itu juga bisa dilakukan dengan cara membicarakan karya tulis, dengan membahas suatu karya—entah apa pun bentuknya—tentu dapat membuka segala kemungkinan yang ada ataupun tersembunyi di dalam karya tersebut. Dari hasil pembahasan itu dapat diambil (jika ada), hal yang memang belum pernah kamu coba atau luput atau mungkin ragu ketika sedang membuat tulisan. Seperti yang akan menjadi bahasan dalam tulisan ini yakni sedikit mengulas dua tulisan terbaru yang terbit di website Kolonian.is yakni sebuah cerita pendek dan puisi. Keduanya memberikan alternatif yang cukup segar dan cerdik, itulah salah satu dari beberapa motif mengapa tulisan-tulisan ini diterbitkan.
Membaca Buku Harian Ibu Sesaat Sebelum Akad Nikah Berlangsung karya Rania Alyaghina
Apa yang terlintas dipikiran kamu ketika membaca judul cerpen di atas? Buku harian tentulah wilayah privasi yang karena sifat privat itulah format dan bentuknya sangat memungkinkan hanya dimengerti oleh si pemiliknya saja. Itu bisa saja menjadi respons bagi para pembaca ketika membaca judul tulisan yang dibuat oleh Rania, atau mungkin berbeda sama sekali.
Anggapan yang pertama itu langsung gugur ketika kita mulai membaca jalannya cerita tersebut, diawali dengan titimangsa yang merahasiakan tahun pembuatan catatan itu, lalu beranjak terhadap persoalan yang kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan yang cukup mendasar mengenai konstruksi realitas sosial budaya dari awal hingga cerita selesai. Penawaran yang cukup menarik dan cermat. Penawaran bahasan tersebut dibarengi juga dengan pengemasan alur yang melompat-lompat. Suatu momen kita (sebagai pembaca), dibawa ke sana dan di momen selanjutnya di bawa ke sini. Semuanya terasa pas tanpa kehilangan poin-poin utama yang sedang coba disampaikan oleh penulis cerpen tersebut. Ada pun dalam teknis emosional dan rasional pembangunan cerita dengan teknik naratif ini mampu disajikan dengan jujur dan tetap tepat sasaran.
Enam Puisi Becorak Kenoiran karya Moch Aldy MA
Saat membaca puisi ini, pembaca seperti dibawa memasuki pengalaman dan perenungan yang Aldy tunjukkan. Puisi adalah kenikmatan yang tidak berkesudahan, seperti sebuah labirin yang penuh lika-liku, jalan buntu, rasa penasaran, dan kita selalu masuk lebih dalam.
Pada puisi pertama, ‘Nietzsche Telah Mati’ memberikan penawaran berbeda untuk mengenal maupun memahami Nietzsche. Begitu juga dengan puisi ‘Menghidupi Hidup, Sepenuhnya, Seutuhnya’ dan ‘Mana di Mana Kebahagiaan’. Membicarakan peristiwa atau tokoh-tokoh yang ‘besar’ memang cukup menarik untuk dijadikan bahasan dalam karya tulis, akan tetapi kita sering luput dengan penawaran (poin ini cukup penting), yang mestinya menyisipkan pandangan diri sendiri pada tulisan itu. Seringkali hal ini terlupakan dan kadang melahirkan keterlenaan yang pada akhirnya berpengaruh pada karya yang sedang dikemas.
Puisi selanjutnya ‘Tak Ada Filsafat di Kamar Tidur, Tak Ada Filsafat di Atas Kasur’, dan juga dua puisi terakhir membawa perasaan lain yang memberi kesadaran menyoal hal-hal yang cukup memusingkan pikiran kita dan ingin melepaskan segala hiruk pikuk kemacetan di kepala, bahwa persoalan itu mesti ‘hilang’ untuk suatu momen. Kemudian ada imaji yang lahir dan alangkah menyenangkannya tidak menjadi apa-apa dan mengetahui apa-apa.
Membahas suatu karya bisa menjadi metode dalam memperbanyak pintu-pintu yang sebelumnya terkunci dan kini sudah terbuka, lalu tinggal kita pilih mana yang mesti ditempuh untuk menghiasi kreativitas pengarang. Membahas suatu karya tak melulu membicarakan karya-karya dari penulis yang sudah populer atau karya yang telah terbit di media massa saja. Menawarkan tulisan yang baru kita buat kepada teman, sahabat, atau siapa pun yang dapat memberikan komentar, juga dapat membantu perkembangan dalam menulis serta bertanggung jawab atas tulisan yang telah dibuat.