aku mencium aroma rendang
keluar pelan dari sela dinding gedek, gubuk sepetak
berlaga dengan bau segunung sampah Bantargebang
aku mendengar riuh tawa
melompat keluar jendela dari bekas spanduk calon walikota
bertarung melawan deru buldoser dan kawan-kawannya
aku diam-diam mengintip kebersamaan lelaki ubanan dengan gadis kecil berkemeja usang kebesaran, mahkota karatan duduk manis di kepalanya
gadis kecil itu girang, melingkar mengikuti sarung lelaki itu, lalu melompat berlari sambil meniup terompet tak henti
hanya berdua, gaduh penonton bola kalah dibuatnya
aku memberanikan diri, “ulang tahun ke berapa?”
“ini pesta perayaan makan setelah 3 hari berpuasa.”
“aku baru dua hari.” jawabku pelan
“ayo sebungkus kita bertiga.” dijawabnya dengan senyuman
“ambil dagingnya, paman.” gadis kecil itu memaksaku