Bogor Creative Center dalam Kreativitas dan Kecurigaan-Kecurigaan

2 min read

Selain Gor Padjajaran, Gedung Kesenian Kamuning Gading, atau taman-taman yang bergeletakan di Kota Bogor, barangkali banyak masyarakat Bogor yang belum mengetahui bahwa di Kota Bogor sekarang telah ada gedung baru yang difungsikan untuk mengekspresikan dan mentransformasikan karya. Gedung ini dinamakan Bogor Creative Center atau sering disingkat BCC. Kalo pembaca banyak yang baru mengetahuinya, wajar saja. Sebab kita warga Bogor pun ketika mendengar kata BCC pasti langsung teringat pada perumahan Bukit Cimanggu City. Bukan Bogor Creative Center.

Pembangunan Bogor Creative Center ini dilaksanakan sejak tahun 2019 hingga 2020 dan menghabiskan biaya kurang lebih 13 miliar. Pembangunan ini dibiayai oleh Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) Jawab Barat dan baru diresmikan pada 25 Mei 2021 oleh Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat. Mengapa Ridwan Kamil yang meresmikan? Sebab bangunan ini sendiri memang dikelola oleh Dinas Pariwisata Jawa Barat dan bangunannya itu memang milik Pemerintah Provinsi (Pemprov).

Lantas kita jadi bertanya kenapa lokasinya ada di Bogor dan diberi identitas ‘Bogor’ tapi kepemilikannya adalah milik Pemprov? Dan kenapa yang dibangun itu semacam tempat pusat produksi dan distribusi kreativitas? Ini hal baru bagi warga Bogor sebab tanpa mengenyampingkan kegunaan, Bogor beberapa tahun belakangan ini sibuk menyambung-nyambung jalan tol dan menyulap beberapa lahan yang diejawantahkan menjadi taman-taman di setiap persimpangan jalan raya.

Melihat unggahan di Instagram @disperkimjabar, ternyata pembangunan Creative Center ini memang menjadi satu program strategis dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Selain Kota Bogor, Creative Center juga dibangun di Kota Cirebon. Pembangunan Creative Center ini memang dilakukan untuk mewujudkan Jawa Barat yang juara melalui inovasi sebagai ruang untuk masyarakat bereksplorasi dan mengekspresikan diri mereka. Rencananya juga Creative Centre yang sudah ada di Bogor dan Cirebon akan diadakan juga di kota-kota lain di Jawa Barat.

Dalam peresmian gedung BCC ini, Ridwan Kamil menyampaikan bahwa BCC dibuat agar para pelaku industri kreatif yang selama ini berada di ruang-ruang marginal, ruang pribadi, hingga ruang sempit, mendapat fasilitas untuk mengekspresikan dan mentransformasikannya menjadi karya. Singkatnya, pemenuhan dasar-dasar ekonomi untuk bidang kreatif yakni produksi dan distribusi mungkin bisa dipindahruangkan dengan pengadaan gedung ini.

Lokasi Bogor Creative Centre ini terletak di Jalan Juanda, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Atau berada di area Samsat Kota Bogor, bersebelahan dengan Kejaksaan Negeri Kota Bogor dan berpintu masuk di BKPP. Sederhana memang kedengarannya. Tetapi kadang jadi membingungkan, sebab tidak ada plang penunjuk untuk gedung BCC.

Entah atas alasan apa lokasi BCC itu tidak diberi plang penunjuk, sedangkan bangunan-bangunan pemerintah di sekitar area itu memiliki plang-plang besar untuk menunjukkan identitas bangunannya. Tapi tak usah berpusing dengan hal itu. Biar pertanyaan itu kita simpan sementara waktu.

“Untuk komunitas, oleh komunitas.” Ini barangkali menjadi filosofi yang ditanamkan oleh Ridwan Kamil untuk BCC sebagai sebuah sarana komoditas kreatif baru yang ada di Bogor. Jadi sudah selayaknya gedung yang dinamakan Creative Center itu memang harus difungsikan menjadi tempat kreatif, bahkan menjadi pusatnya kreativitas. Bogor Creative Center ini memiliki 17 sektor ekonomi kreatif yang bisa digelar di tempat ini: (1) Pengembang Permainan, (2) Arsitektur, (3) Desain Interior, (4) Musik, (5) Seni Rupa, (6) Desain, (7) Produk Fesyen, (8) Kuliner, (9) Film, Animasi, dan Video, (10) Fotografi, (11) Desain Komunikasi Visual, (12) Televisi dan Radio, (13) Kriya, (14) Periklanan, (15) Seni Pertunjukan, (16) Penerbitan, dan (17) Aplikasi.

Apabila ada sektor kreatif lain yang ekonominya ingin dikembangkan tetapi tidak termasuk ke dalam 17 sektor yang tercantum itu apakah masih bisa mendapatkan fasilitas dari Bogor Creative Center? Barangkali bisa. Kalau kita mau cari tahu. Karena gedung atau area dari BCC ini memiliki ruang-ruang seperti ruang galeri dan seni rupa dengan kapasitas empat puluh orang, auditorium untuk tujuh puluh tujuh orang, ruang fotografi, ruang digital komunitas musik, ruang komunitas penerbit, kantor pengelola, cafe dalam dan luar ruang, ruang pusat informasi, serta musala dan toilet. Karena keberadaannya di jantung kota, wajar saja jika areanya cukup luas dan bahkan cocok sekali untuk mengadakan mini concert di sini, misalnya. Barangkali acara seperti itu bisa menjadi hiburan para aparatur negara ketika bekerja karena Gedung BCC ini juga diletakkan di tengah-tengah komplek pemerintahan.

Bogor Creative Center yang diharapkan menjadi pusat kreativitas di Kota Bogor maupun Jawa Barat umumnya, apakah mampu menguarkan sinergisitas antara pelaku kreatif dengan pemerintah? Letaknya yang diapit oleh berbagai macam gedung kantor pemerintahan, akankah menjadi ideal untuk memproduksi kreativitas? Atau komposisi ini bisa menjadi pemecahan masalah distribusi bagi para pelaku kreatif?

Martin Heidegger pernah mengatakan, kata ‘house’ selalu merujuk pada bangunan, sesuatu yang bersifat material, kasat mata. Dan kata ‘home’ melampaui bentuk fisik, suasana atau kondisi di mana seseorang manusia merasa nyaman dan diterima di dalamnya. Karena dalam Bahasa Indonesia tidak ditemukan padanan yang tepat untuk pemisahan yang tegas atas kedua istilah itu, jadi semoga saja peminjaman gagasan ini bisa menjadi simpul yang cukup tepat untuk menjelaskan apakah Bogor Creative Center ini bisa melampaui bentuk fisiknya dan mengandung rasa kenyamanan, juga penerimaan dalam memproduksi dan mendistribusikan kreativitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.