Denik Ay Tidur saja sulit, apalagi bahagia!

Dongeng Aneh Untuk Ayah dan Diriku Sendiri

1 min read

Dongeng Aneh Untuk Ayah dan Diriku Sendiri-Kolonian

Telepon Pertama dari Surga

Di kolong tempat tidur Ayah menjatuhkan mimpi-mimpinya
ada Ibu, ada surga, dan ada napasnya tersangkut di bawah sana
ia kerap mati, tapi dunia selalu mencarinya dan segera menjemputnya dari surga
Ayah selalu gagal bertemu Ibu di surga.

Di dapur Ayah selalu melihat Ibu membuat surga untuknya
aroma surga menggantung di tepian secangkir kopi
serta potongan-potongan surga lainnya selalu Ibu hidangkan saat sarapan pagi.
itulah mengapa Ayah tak pernah repot-repot mencari surga seperti orang lain.

Suatu malam telepon rumah berdering
“Halo,” Sapa Ayah
seorang di seberang menyahuti, “Aku dari surga, tapi istrimu tak ada di sini.”
Ayah terbangun dengan baju kuyup akibat air matanya sendiri.

Juli 2022

Sebuah Dongeng Aneh di Angkringan

Di sebuah angkringan yang menu makanannya bahkan tak sanggup kubeli
aku menemukan Sisyphus sedang mengobrol dengan uap panas yang terkatung-katung meninggalkan bibir cangkir.

Aneh.
Harusnya Sisyphus menjadi penghuni hutan Aokigahara
sembari menertawakan para manusia; menjemput kematiannya.
Kukira mendiang Camus pun boleh bangkit dari pemakaman sunyinya detik ini
lalu bergabung dalam alegori absurd di angkringan; tempat menyeduh tawa meski cuma sementara.

Tetapi Camus tidak datang, Sisyphus tidak pulang
dan aku ingin begadang memandangi nasibku yang telah meradang.
Di angkringan malam itu Sisyphus menuang perapian-perapian kecil ke dalam kopi dinginku: entah telah seribu
atau jutaan waktu kau mendorong batu nasib hingga ke puncak takdirmu,
tetap saja yang melelahkan bukan gunung di hadapmu melainkan kerikil di dalam sepatumu.

Usai memantra-mantrai kopi yang membeku di dalam dadaku malam itu
Sisyphus akhirnya pulang ke dalam buku.

Malang, Juni 2022

Berita Kehilangan

Suatu pagi aku membaca diriku sendiri
dengan bahasa air mata. Di kolom berita kehilangan
tertera rupaku yang tertawa namun kehilangan kata-kata.

Tiada dosa melebihi
tawa yang sengaja kulempar di antara genang pedih di pipi
di sepanjang jalan pulang menuju rahim sendiri.

Aku telah mencuri banyak kesedihan
dari rongga dadaku sendiri. Telah kubiarkan
mengalir di antara garis-garis bibir paling penipu.

Suatu pagi aku tak pernah usai membaca diriku sendiri
dengan bahasa kebisuan. Pada halaman-halaman sunyi
seperti tiada yang lebih berduka dari kehilangan diri sendiri.

Juli 2022

Denik Ay Tidur saja sulit, apalagi bahagia!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.