Seorang anak mengeja a, b, c, dan d. Dengan mulut sembelit
sebuah kata terucap antarfrasa. Ia mulai paham arah berjalan,
ke ujung lidah atau langit-langit. Menciptakan ketegangan dan
rongga udara. Sedikit saja, ia tahu perbedaan. Bahwa dua kata
dapat menciptakan prasangka majemuk. Ia belajar menulis,
ia belajar melamun ke arah matahari. Ketika bingung memilih a dan a.
Ia paham bahwa bayang itu selalu sama ketika memantul. Tercipta klausa
acak dari beberapa waktu. Lalu kalimat, satu persatu memenuhi pasar.
Jangan lupa! Suara membawa tulisan ke udara. Ia membaca, ia meracau
tentang fon dan font, tentang penciptaan roh dan alam, tentang letupan.
Seorang anak mengeja huruf. Bagaimana itu membawa
pikiran orang ke mana-mana, tercecer, dan terkumpul dalam satu waktu.
Keanehan itu membuat ledakan di sekitar meja.
Seketika jatuh, seketika kau menambahkan ‘titik’ dan helaan napas.
“Kenapa bahasa menimbulkan kerumitan sedemikian sedang dunia hanya jendela kecil?”
Juni, 2022