: mengenang 92 tahun kepergiannya
Berawal dari akar
.
Ya, Allah. Aku bersembunyi di tempat
yang terang, agar kasih-sayang tiba menjelang
ketika masa lalu mendatangkan masa depan
tanda-tanda perkembangan membayang di mata
terbang jauh ke luas cakrawala, memandang-
.
air di hulu mengalir ke hilir
mencari bumi untuk merebah
angin bersemilir tak tentu arah
tak pernah tidur seperti api membakar
barat dan timur, menyisakan sisa abu
di tanah, moyangku-
.
hadir menuntun cerita
siapa manusia yang sendiri
berdoa dalam sujud menerawang
bias-bias angkasa?
itu Haji Hasan Mustafa berdiam di bawah pohon
melihat tubuh serupa tanah
diam-diam menuju kepulangan
.
Ya Allah. Bukan hati bukan akal
yang mampu memaknai akar di bawah
pohon rindang berdiri menjulang,
menunggu daun gugur, waktu petang.
.
Muara, 2022
Rindu keindahan
.
Ketika ruang penuh perkelahian
dan waktu menyediakan tombak-senapan
ke mana mesti mencari Allah?
Jangan lagi-lagi kau tanyakan
aku sendiri belum sampai menemukan.
.
Pamijahan, 2022
Sepanjang pencarian
.
selalu ada keresahan timbul pada keraguan
sepanjang pencarian, jalan buntu menghadang
bisakah kita berdendang dengan dangding
atau guguritan yang tersusun bagai batu di aliran sungai
meluap itu, sekali saja-
.
berenanglah seperti air, mengalir pasrah
dan jangan terlalu keras seperti batu
jika tak mau menyesal terkubur
di liang gelap gorong-gorong ilmu.
.
Ciliwung, 2022
Akhirnya tumbuh pohon
.
Akhirnya tumbuh pohon ketika kemah pengembaraan
menemukan letak gunung dan sabana-lapang
aku jadi tak kagetan menghadapi lajur dendam
peperangan ataupun angan cinta perdamaian:
ini fenomena kejadian yang aku temukan
mengguncang-guncangkan perasaan dan pikiran-
.
ada berjuta-juta jiwa terbang bersama kematian
ada berjuta-juta raga tenggelam dalam kehidupan
ketika pemangku agama khotbah di bulan cahaya
hewan dan tumbuhan bernyanyi riak menghadap angkasa
.
akhirnya tumbuh pohon ketika menemukan jawaban
ke mana lagi jalan mesti ditempuh, selain dihadapkan
dengan rahasia peristiwa-kejadian yang kian waktu
tak tentu datangnya
.
Teruskanlah! Jangan menyerah!
ujar Haji Hasan Mustafa sebelum pergi.
nanti akan ada pintu terbuka
nanti akan ada rumah cahaya.
.
Puraseda, 2022
Di dalam kerajaan diriku
.
Di dalam kerajaan diriku
Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu
kematian dan kehidupan ditimbang
dalam batas-batas tujuh langit berlapis
pengasih dan beralas penyayang’
.
Kerajaan di dalam diriku, sungguh
hanya Allah yang Maha-Mengetahui
segala isi hati. Seniman atas konsep
alam-semesta yang bermakna Maha-Ganda.
.
Kebun Raya, 2022
Catatan: Haji Hasan Mustafa atau Hasan Mustafa (Cikajang, Garut, 5 Juni 1852 – Bandung, 1930) adalah Penghulu Besar, ulama, dan dianggap salah satu Pujangga Sunda terbesar di Tatar Pasundan. Hasan Mustafa juga dianggap sebagai orang yang benar-benar ahli tentang adat-istiadat Sunda, sehingga kemudian ia diminta menulis buku tentang hal itu yang menghasilkan Bab Adat-adat Urang Priangan jeung Sunda Lianna ti Eta (Bab adat-adat orang Priangan dan Sunda selain dari itu), Batavia, 1913, dan sebagainya, masih banyak cerita-cerita lainnya.