SEMUA PEMBERITAAN INI DATANG DENGAN DIAWALI TELEPON DARI TEMANKU YANG MEMBERITAHUKAN AKAN ADA KEGIATAN SENI YANG DISELENGGARAKAN PADA BULAN INI, TEPATNYA PADA TANGGAL 11-12 JUNI 2022.
Lama kami membahas dan membayangkan keseruan apa yang akan ada di kegiatan tersebut, akhirnya kami sepakat untuk datang dan melihat seperti apa nantinya kegiatan seni yang dipadukan dengan perkemahan. Nama kegiatan seni tersebut adalah Kemah Seni Fest. Wih, Kemah dan Seni. Tentu asik, pikirku. Menindaklanjuti obrolan tersebut, kucarilah kegiatan semacam apa Kemah Seni Fest itu. Setelah mendaftar dan menyelesaikan administrasi dengan narahubung kegiatan ngemah sambil nyeni tesebut, resmilah aku dan kawanku menjadi peserta kegiatan Kemah Seni Fest 2022.
Ternyata kegiatan Kemah Seni Fest ini dikonsep dan diselenggarakan oleh Cilebut Art Project. Dari salah satu founder kumendapat keterangan bahwa Cilebut Art Project adalah komunitas seni yang dibentuk pada November 2018 dan berisikan pemuda-pemudi yang bertempat tinggal di Cilebut. Hampir semua anggotanya bukan berlatar dari orang-orang kesenian, penyair, ataupun budayawan, tapi pure diisi oleh pemuda-pemudi yang memang punya ketertarikan pada kegiatan-kegiatan seni dan berkreasi di kesenian. Tahun ini menjadi tahun ke dua diadakannya Kemah Seni Fest dan menjadi ajang realisasi dari evaluasi Kemah Seni Fest yang pertama.
Kemah Seni Fest kali ini katanya, memfokuskan pada kegiatan seni pertunjukan. Katanya lagi, gagasan awal dari kegiatan ini berupa pencarian dari pertunjukan kesenian yang selalu atau harus dilakukan di panggung dan apakah ada alternatif lain dalam menyelenggarakan kesenian. Dari pertanyaan itulah aku jadi mikir juga; O, iya juga, apa memang selalu harus dalam gedung seni pertunjukan? Lagi pula seni pertunjukan memang hanya mensyaratkan tiga hal yakni, performance, viewer, and stage. Dan stage inilah yang bisa dilakukan di mana saja. Pada pencarian dan pertanyaan itulah, katanya mereka tebersit untuk mengadakan kesenian di alam. Untuk menikmati keutuhan alam tentu tidak bisa sebentar, minimal sehari semalam dan diperlukanlah berkemah. Kemah identik dengan alam, baik di ketinggian seperti gunung dan bukit, atau di pulau dan pantai. Dan dari alternatif inilah dipilih Pinus Paseban, Megamendung, Kab. Bogor yang menjadi lokasi Kemah Seni Fest pada tahun ini.
Memilih alam sebagai medium kesenian dipercaya oleh mereka bahwa alam dan seni memiliki kedekatan emosional dalam berkembang, “Bahwa alam dan seni adalah dua hal yang tidak bisa dilepaskan, dan masing-masing dari mereka itu berkaitan tanpa banyak orang sadari.” Alasan pragmatisnya adalah untuk bisa berwisata alam sekaligus berkesenian. Begitu menurutku. Kegiatan ini juga tidak dikhususkan kepada praktisi seni ataupun seniman-seniman, tetapi diadakan untuk semua kalangan, terkhusus pada orang-orang yang senang berkemah atau kemping untuk bisa menikmati alam dengan rasa yang berbeda karena disuguhi pertunjukan kesenian.
Di atas telah dijelaskan Kemah Seni Fest tahun ini adalah hasil dari evaluasi dari kegiatan Kemah Seni Fest tahun kemarin dan tentu ada perbedaan dalam segi konsep atau konten yang ditawarkan, dan yang paling membedakan ada pada performance-nya. Jika tahun lalu setiap peserta bisa menjadi performance, pada tahun ini panitia sudah menyiapkan line up performance yang menjadi kekuatan utama dari kegiatan Kemah Seni Fest tahun ini.
Dari beberapa performance yang sudah disiapkan ternyata ada banyak dari kelompok kesenian yang ingin mendaftar menjadi performer pada Kemah Seni Fest tahun ini. Untuk mengakali hal tersebut panitia menambah line up dan mengadakan kurasi untuk menjadi performer di Kemah Seni Fest tahun ini. Proses kurasi tersebut didasarkan pada keorisinalitasan karya, karyanya sudah dirilis (sudah terbit secara resmi barangkali), dan sudah dipublikasi karyanya ke publik.
Dari obrolan ini juga, mereka mengatakan bahwa untuk Kemah Seni Fest tahun ini ada delapan belas performer dan dari ke delapan belas itu ada empat performer hasil dari kurasi. Dari ke delapan belas line up tesebut setiap performer memiliki latar seni yang berbeda-beda. Di antaranya adalah tari kontemporer, pertunjukkan teater, musikalisasi puisi, grup musik, stand up comedy dan terakhir adalah workshop keaktoran.
Selain performance yang sudah dikurasi, perbedaan yang akan terasa dari kegiatan tahun ini adalah tidak akan ada lagi performance yang membacakan puisi (ya, meski ada alih wahananya yaitu musikalisasi puisi, tapi apa bedanya ya? Dan semoga saja musikalisasi puisi yang dimaksud adalah penggabungan yang imbang dari seni musik dan teks puisi, bukan sebatas ada orang yang baca puisi lalu ada yang ngiringin pakai gitar atau alat musik lainnya), yang katanya hal ini dilakukan karena mereka sudah menyiapkan hal baru menyoal puisi, yaitu dengan menyediakan media baru yang dinamakan pameran ‘Pohon Puisi’.
Pameran Pohon Puisi adalah puisi-puisi yang dikumpulkan oleh panitia dari penyair-penyair Bogor—tentunya pengumpulan itu menggunakan tahap kurasi juga—dan Puisi-puisi tersebut nantinya akan ditempelkan pada pohon-pohon yang ada di perkemahan dan menjadi instalasi pada perhelatan Kemah Seni Fest tahun ini. Pameran Pohon Puisi ini merupakan bagian proses pengkaryaan yang diusahakan oleh mereka karena selain dijadikan pameran, puisi-puisi tersebut akan dibukukan menjadi Antologi Puisi.
Jika dilihat dari rencana kegiatan Kemah Seni Fest pada tahun ini, tentu kegiatan ini tak hanya akan diisi oleh pertunjukan-pertunjukan seni. Tetapi pasti akan ada juga diskusi-diskusi kesenian yang terjadi secara kebetulan atau naluriah. Meski mereka tidak memberikan jadwal khusus untuk diskusi atau umumnya sarasehan, tentu diskusi (baca: menggosip), akan terjadi alami dan mengalir tanpa sengaja direncanakan, baik oleh panitia ataupun peserta.
Memang tidak dapat dimungkiri, ketika kita mendengar kata ‘seni’ yang itu menjadi nama tengah dari kegiatan ini, tentu yang kita pikirkan adalah sebuah kesenian yang menyajikan berbagai macam model, baik berupa teori-teori, atau mungkin sejarah pergerakan seni. Tetapi mereka sudah menegaskan kata ‘seni’ yang diambil hanya untuk menjadi nama kegiatan dan seni yang dimaksud hanya akan menjadi wadah pertunjukan, atau seni yang dipertunjukan. Dan ketika sudah digarisbawahi bahwa yang akan dihadirkan pada kegiatan Kemah Seni Fest nanti hanya sebatas seni pertunjukan, ini menjawab langsung pertanyaan para peserta (itu juga kalau ada yang nanya), yang akan hadir bahwa di kegiatan tersebut tidak akan membicarakan seni secara fundamental bahkan kekontemporeran kesenian. Dan ini bagiku sangat disayangkan. Perkemahan seni yang kemungkinan akan dihadiri oleh setidaknya penyuka atau pecinta seni ini jelas harus dimanfaatkan dengan adanya obrolan seni secara umum baik kesenian yang terjadi di kota atau kesenian yang bisa dibentuk untuk mengarah menjadi semangat pembangungan kemanusiaan. Tidak diadakannya forum diskusi atau sarasehan ini katanya dimaksudkan untuk tidak ingin memberikan jarak antara penampil dan penonton. Antara penampil yang mempertunjukkan dan penonton yang menilai. Mereka ingin menghindari adanya perbedaan tersebut pada kegiatan ini. Sebab kegiatan ini hanya ingin menjadi pemantik agar para peserta yang datang punya keberanian untuk tampil dan mau berkesenian. Jauhnya, ketika para peserta setelah mengikuti kegiatan ini akan memiliki kesan bahwa berkesenian tidak harus menjadi hal yang rumit. Berkesenian malah bisa dilakukan dengan penuh kesenangan. Bahkan ketua penyelenggara yang kuajak ngobrol ini sampai menyarankan untuk, “Tetep enjoy aja, nikmatin apa pun yang ada di sana. Jangan berpikir ingin macam-macam. Dan nikmati saja seni pertunjukan yang nanti disuguhkan. Semoga pada suka dan senang, dan misal ada yang ngeganjel sok langsung ngomong sama kami panitia. Karena tujuan kemah ini emang ngajak-mengajak untuk bisa suka pada kesenian, khususnya seni pertunjukkan.”