Bagaimana Dunia Menghukum Brooks?

2 min read

Bagaimana Dunia Menghukum Brooks-Kolonian

“Hidup adalah hukuman,” bisiknya pada dirinya sendiri. Ia baru saja mendapat kalimat bagus. Dan kalimat itu menjadi penemuan besar dalam sejarah pemikirannya.

***

Pada saat ia berumur 40 tahun, ia terlibat kasus pembunuhan berencana. Hakim telah memutuskan bahwa ia adalah laki-laki berbahaya. Untuk membuatnya menjadi tidak berbahaya dan untuk membuat masyarakat tahu bahwa membunuh dengan rencana adalah kriminal berat, Brooks—tokoh kita dalam film Shawshank Redemption—pun dipenjara seumur hidup.

Laki-laki itu dikirim ke Shawshank. Sebuah penjara. Sebuah neraka tegak berdiri di ujung matanya.

“Hidupku telah berakhir,” bisiknya pada dirinya sendiri.

Siapa yang dapat betah hidup di penjara? Pastinya adalah seseorang yang lahir di penjara dan hidup di sana selama-lamanya. Seseorang itu tidak tahu dunia luar selain penjara, ia tidak tahu kebebasan. Atau ia tidak merasa terpenjara karena selalu terpenjara—seperti sebuah pepatah, “Tidak pernah lapar karena selalu lapar.”

Kembali lagi ke Brooks.

Laki-laki itu sudah tentu tidak merasa betah berada di sana. Semua orang tahu apa yang terjadi di penjara: kekerasan, kerja paksa, bahkan pembunuhan. Namun, bukankah karena ia telah mengenal kebebasan ia merasa tersiksa?

Mungkin, ia perlu waktu tiga atau sepuluh tahun. Kenangannya mengenai kebebasan lambat laun hilang. Ia akan lupa dengan pacarnya, bar, gang-gang yang gelap, gangster, dan kebun binatang. Ia menyadari bahwa sampai mati ia akan berada di penjara.

Brooks akan melupakan kebebasannya dan saat itu pula ia menjadi bebas.

Ia telah melupakan kebebasan itu dan saat itu pula ia menjadi bebas. Kini, ia hidup sebagai manusia penjara yang utuh. Ternyata benar ‘kan? Ini hanyalah tentang kebiasaan atau kebebasan dan standar sosial. Kebiasaan berjudi, kebiasaan pesta, kebiasaan menyewa pelacur, kebiasaan mabuk; diganti dengan kebiasaan dihukum; makan bubur basi; masuk kamar gelap; dipukuli sipir—itu semua hanya persoalan kebiasaan.

Di dunia bebas—katakanlah tempat di luar penjara adalah “dunia bebas”—seseorang merasa perlu memenuhi standar sosial. Seorang pegawai swasta harus memiliki rumah, mobil, berlibur, tergabung dalam kelompok arisan, belanja, dll. untuk memenuhi standar sosialnya. Seorang kelas menengah harus mendaki menuju kelas atas untuk memenuhi standar sosialnya. Apakah itu adalah kebebasan?

Sebagaimana sebuah pepatah, “hidup adalah hukuman”.

Kembali ke Brooks.

Kini ia sudah terbiasa dengan semua kehidupan barunya yang ada di dalam penjara. Ia tidak perlu merasa susah atau bosan—karena memang selalu susah dan selalu bosan. Ia tidak memikirkan kebebasan dan standar sosial. Ia telah bebas dari hukum kebebasan dan standar sosial. Ia sudah tahu dan yakin bahwa ia akan sampai mati berada di penjara.

Ternyata, ia tidak tahu dan keyakinannya salah. Ia belum mati saat hukumannya selesai. Setelah 40 tahun berada di penjara, ia bebas. Negara merasa bahwa Brooks tidak menjadi laki-laki berbahaya lagi dan ia berkelakuan baik. Ia pandai mengurus buku di perpustakaan penjara. Ia memelihara Jake, seekor burung gagak, dengan kasih sayang.

Brooks tidak percaya, ia akan mendapatkan kebebasan itu. Ia merasa takut dengan kebebasan. Agar tidak mendapat kebebasan, ia mencoba melarikan diri dari penjara agar hukumannya kembali diperpanjang dan tidak mendapat kebebasannya itu. Ia pernah mencoba membunuh temannya sendiri. Tentu saja, itu dilakukan agar ia tidak mendapatkan kebebasannya. Namun, ternyata usahanya itu tidak berarti apa-apa. Ia bebas.

Seorang sipir membukakan pintu penjara untuknya seperti saat Brooks melepas Jake melalui jendela kecil di Shawshank. “Good luck, Brooks!” kata seorang sipir di muka gerbang. Brooks tidak mengatakan apa pun dan memiliki perasaan apa pun.

Ia merasa bahwa dunia telah berubah. Sebelum ia masuk penjara, ia pernah melihat sebuah mobil, tapi tidak sebanyak yang ia lihat. Ia tidak percaya bahwa dunia berjalan dengan cepat. Di hari pertama kebebasannya, laki-laki tua itu melihat sebuah ruang yang asing dan mengerikan. Jika penjara adalah bagian yang paling baik dari neraka, apakah dunia bebas adalah bagian yang buruk dari bagian yang paling baik dari neraka itu?

Brooks menyewa sebuah apartemen. Ia bekerja di meja kasir sebuah toko grosir. Tugasnya memasuk-masukkan barang belanjaan. Untuk laki-laki berusia 80 tahun, itu adalah pekerjaan yang berat: tangan tuanya sering merasa sakit dan ia sangat lamban untuk sebuah dunia yang bergerak begitu cepat.

Setiap pulang bekerja, Brooks mampir di sebuah taman. Ia memberi makan burung-burung itu. Ia berpikir bahwa Jake akan datang dan itu tidak terjadi. Ia melihat serpihan kacang yang ia tebar untuk burung-burung itu. Ia merasa bahwa ia seperti kulit kacang: rapuh dan sampah.

Kini, setiap malam, ia mengalami gangguan tidur. Ia bermimpi buruk. Ia terjatuh ke sebuah lubang seperti seorang bayi yang dilahirkan ke dunia tanpa konsensus. Ia terbangun di tengah malam dan bertanya, “Di mana aku?”

Ia benci berada di sana. Inilah apa yang disebut oleh negara sebagai hukuman seumur hidup, pikirnya. Ia bebas, tetapi sebenarnya ia masih dihukum. Ia memutuskan untuk tidak tinggal.

“Hidup adalah hukuman,” bisiknya pada dirinya sendiri.

Di hari ketujuh setelah kebebasannya, ia bunuh diri.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.