Sampai Kita Merasa Bosan

2 min read

Sampai Kita Merasa Bosan-Kolonian

Satu hal yang melatarbelakangi saya untuk menulis karangan esai ini adalah kegelisahan saya (atau barangkali kebuntuan saya) dalam menjalani kegiatan proses kreatif menulis karya sastra puisi. Barangkali perlu diketahui sebelumnya bahwasanya saya merupakan seseorang yang amat menyukai puisi dan gemar sekali mengeksplorasi bahan-bahan estetis dan logis untuk kemudian dikembangkan menjadi sebuah teks puisi yang utuh. Kendati demikian, tak bisa dikatakan bahwasanya saya merupakan seseorang yang paham betul akan puisi mengingat bahwa saya masih berada pada tahap ‘mencari’ dan ‘mengeksplorasi’ dan bukan pada tahap ‘menemukan’ atau ‘menguasai’. Namun saya berharap dengan adanya karangan ini dapat membantu menjawab kegelisahan-kegelisahan serupa yang barangkali teman-teman alami di dalam proses kreatif mencipta puisi.

Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, satu-satunya hal yang melatarbelakangi saya untuk menulis karangan esai ini adalah kegelisahan atau kebuntuan saya dalam proses kreatif menciptakan puisi yang pernah saya alami. Kebuntuan saya tersebut tidaklah terletak pada kesulitan saya dalam ‘mencari’ bahan-bahan untuk puisi, tetapi lebih cenderung kepada kesulitan saya dalam ‘menyampaikan’ bahan-bahan tersebut lewat sebuah teks puisi. Dengan demikian dapatlah kita menarik kata kunci yang menjadi permasalahan ini, yakni bagaimana caranya menyampaikan pesan lewat sebuah teks puisi. Dan hal inilah yang kemudian menjadi cikal bakal pembahasan mengenai gaya penulisan yang akan saya paparkan selanjutnya.

Mengutip perkataan dari seorang penyair mbeling asal Jogja yakni Joko Pinurbo, beliau menegaskan bahwasanya “setiap orang sebenarnya bisa saja menulis sebuah puisi, misalkan menulis puisi tentang hujan. Tetapi yang menjadi persoalan adalah bisakah orang itu menulis sebuah puisi tentang hujan yang berbeda dengan puisi hujannya Sapardi?”

Dari pernyataan Jokpin di atas, dapatlah kita simpulkan bahwasanya yang menjadi tantangan dalam menulis puisi adalah bagaimana cara kita dalam menyampaikan bahan tulisan tersebut (hujan), dan bukan tentang apa yang menjadi isi dalam tulisan tersebut.

Ketika kita menulis sebuah karya puisi, bagaimana cara kita menyampaikan pesan sangat dipengaruhi oleh apa yang kita baca. Hal inilah yang pernah dikatakan oleh Jokpin bahwasanya “sebuah buku bacaan bisa mengubah nasib seseorang”. Seseorang yang dimaksud oleh Jokpin adalah seseorang yang berprofesi sebagai penulis, yang kemudian sebuah buku bacaan yang ia baca dapat mempengaruhi kualitas karyanya sehingga membuat hidupnya semakin sejahtera.

Dalam menulis karya puisi, adalah hal yang wajar bila kita meniru gaya penulisan pengarang lain. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang penulis Amerika Serikat, Cormac McCarthy, yang mengatakan bahwa “hampir tak ada karya agung yang sepenuhnya orisinal”. Tetapi bila kita meniru gaya penulisan pengarang lain, apakah lamtas kita akan terkena tindakan plagiarisme? Jawabannya adalah tidak. Karena sebagai seorang peniru, kita hanya meniru gaya penulisan si pengarang tersebut, tidak sampai ke tahap mengaku sebagai milik kita, karena toh suatu gaya penulisan pada umumnya bersifat relatif (tidak mutlak). Dan bukan tidak mungkin bagi pengarang yang kita tiru gaya penulisannya, juga ikut meniru gaya penulisan pengarang lainnya.

Meskipun demikian, dua buah pertanyaan barangkali menjadi relevan dengan pembahasan di atas: “apakah kita sudah cukup puas dengan gaya penulisan kita yang hanya meniru itu?” dan “apakah bisa kita menciptakan sendiri keunikan gaya penulisan kita?”

Pertanyaan di atas tadi tentu akan sulit dijawab mengingat masing-masing penulis memiliki proses kreatifnya sendiri, dan masing-masing penulis tentu berhak untuk menentukan gaya penulisannya sendiri.

Kita dapat mengambil puisi-puisi Jokpin sebagai contoh pembahasan. Meskipun karya-karya puisi Jokpin sangat dipengaruhi oleh karya-karya puisi Sapardi, tetapi Jokpin mampu ‘membebaskan diri’ dari tindakan sekedar meniru. Karya-karya puisinya memang menggunakan bentuk naratif dengan menggunakan gaya bercerita lirik, tetapi suatu perbedaan yang membedakan antara Jokpin dengan Sapardi adalah keunikan gaya penulisannya dalam menggunakan majas. Bila kita membaca karya-karya puisi Jokpin, satu hal yang menonjol perbedaannya adalah penggunaan majas yang cenderung bersifat ironi dan satire, dengan racikan humor yang khas. Sedangkan Sapardi, jarang sekali menggunakan majas ironi dan satire, apalagi membumbuinya dengan racikan humor yang agak sedikit ‘nakal’ seperti halnya dalam menggunakan kosakata asu dan kosakata lainnya. Itulah yang dapat membedakan karya-karya puisi Jokpin dengan karya-karya puisi Sapardi, kendati mereka selalu mengangkat kisah hidup sehari-hari dengan ragam bahasa yang sederhana dan tentu saja luwes.

Hal seperti itulah yang ingin saya sampaikan dalam karangan esai ini, bahwasanya kita boleh terpengaruhi oleh gaya penulisan pengarang lain di dalam proses mencipta puisi, tetapi jangan biarkan karya kita juga ikut terbayang-bayangi oleh penulisan pengarang lain. Hal itu pula yang membuat saya benar-benar tidak ingin sekedar meniru gaya penulisan pengarang lain, karena menurut saya bila kita hanya sekedar meniru gaya penulisan pengarang lain tanpa mau berusaha menemukan gaya penulisan kita sendiri, tentu kita akan terus mandeg atau stuck di dalam berproses mencipta puisi, karena gaya penulisan yang kita terapkan hanya mengandalkan satu penggayaan saja. Dan satu-satunya siasat yang saya terapkan dalam menemukan keunikan gaya penulisan saya sendiri adalah, tirulah terus gaya penulisan pengarang lain yang memang kita sukai hingga kita benar-benar merasa bosan dengan gaya penulisan yang seperti itu, sehingga kita terdorong untuk mengeksplorasi gaya penulisan kita sendiri dalam mengatasi kebosanan kita itu.

Sebuah kutipan barangkali bisa membantu kita semua dalam memperkaya gaya penulisan kita, “meniru dari satu penulis adalah plagiat, tetapi meniru dari dua penulis adalah suatu riset.” Begitulah kata John Milton, seorang penyair abad ke-16 asal Inggris.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.